Senin, 31 Oktober 2011

Pembelian


BAB I
PENDAHULUAN

Istilah purchasing atau pembelian sinonim dengan procurement atau pengadaan barang. Berikut adalah definisi procurement menurut Bodnar dan Hopwood (2001:323), yaitu:“Procurement is the business process of selecting a source, ordering, and acquiring goods or services.” Pendapat tersebut kurang lebih mempunyai arti: bahwa pengadaan barang adalah proses bisnis dalam memilih sumber daya-sumber daya, pemesanan dan perolehan barang atau jasa. Brown dkk. (2001:132) mengatakan bahwa secara umum pembelian bisa didefinisikan sebagai: “managing the inputs into the organization’s transformation (production process).” Pendapat tersebut kurang lebih mempunyai arti bahwa pembelian merupakan pengelolaan masukan ke dalam proses produksi organisasi. 
Berikut adalah pendapat Galloway dkk. (2000:31) mengenai fungsi pembelian, yaitu: “The role of purchasing function is to make materials and parts of the right quality, and quantity available for use by operations at the right time and at the right place.” Pendapat tersebut kurang lebih mempunyai arti bahwa peran fungsi pembelian adalah untuk mengadakan material dan part pada kualitas yang tepat dan kuantitas yang tersedia untuk digunakan dalam operasi pada waktu yang tepat dan tempat yang tepat.

5.1       Proses Keputusan Membeli
Sebelum membeli suatu produk atau jasa, umumnya konsumen melakukan evaluasi untuk melakukan pemilihan produk atau jasa. Evaluasi dan pemilihan yang digunakan akan menghasilkan suatu keputusan. Pengambilan keputusan sendiri
1

2
merupakan sebuah proses yang terdiri dari beberapa tahap, yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif sebelum pembelian, pembelian, konsumsi, dan evaluasi alternatif sesudah pembelian (Engel,1995). Selanjutnya akan dijelaskan mengenai proses pengambilan keputusan membeli yang meliputi pengertian proses pengambilan keputusan membeli, tahap-tahap dalam proses pengambilan keputusan membeli, tingkatan dalam proses pengambilan keputusan membeli serta faktor apa saja yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan membeli.

A.    Pengertian proses pengambilan keputusan membeli
Engel (1995) mengatakan bahwa proses pengambilan keputusan membeli mengacu pada tindakan konsisten dan bijaksana yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan. Pengambilan keputusan membeli merupakan keputusan konsumen tentang apa yang hendak dibeli, berapa banyak yang akan dibeli, di mana akan dilakukan, kapan akan dilakukan dan bagaimana pembelian akan dilakukan (Loudon & Bitta, 1993). Berkowitz (2002) juga mengemukakan bahwa proses keputusan pembelian merupakan tahap-tahap yang dilalui pembeli dalam menentukan pilihan tentang produk dan jasa yang hendak dibeli. Ahli lain menyatakan bahwa pengambilan keputusan konsumen adalah proses pengintegrasian yang mengkombinasikan pengetahuan untuk mengevaluasi dua atau lebih perilaku alternatif dan memilih salah satu diantaranya (Setiadi, 2003). Sementara Schiffman-Kanuk (2007) mengatakan bahwa keputusan sebagai seleksi terhadap dua pilihan alternatif atau lebih, dengan kata lain ketersediaan pilihan yang lebih dari satu merupakan suatu keharusan dalam pengambilan keputusan. Berdasarkan uraian diatas, maka proses pengambilan keputusan membeli yang dipakai dalam penelitian ini merujuk pada teori yang dikemukakan oleh Engel (1995) yakni proses pengambilan keputusan membeli mengacu pada tindakan konsisten dan bijaksana yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan. Selanjutnya akan dibahas mengenai tahapan-tahapan dalam membeli

.
B.     Tahapan-tahapan dalam proses pengambilan keputusan membeli
Proses pengambilan keputusan menurut Engel, Blackwell & Miniard (1995) meliputi 6 tahap yaitu:
1.      Pengenalan kebutuhan.
Proses pengambilan keputusan dimulai dengan pengenalan kebutuhan yang didefinisikan sebagai perbedaan atau ketidaksesuaian antara keadaan yang diinginkan dengan keadaan yang sebenarnya, yang akan membangkitkan dan mengaktifkan proses keputusan. Proses membeli diawali dengan adanya kebutuhan. Kebutuhan timbul karena adanya perbedaan antara keadaan yang sesungguhnya dengan keadaan yang diinginkan. Pengenalan kebutuhan pada hakikatnya tergantung pada banyaknya ketidaksesuain antara keadaan aktual dengan keadaan yang diinginkan. Jika ketidaksesuaian melebihi tingkat atau ambang tertentu kebutuhan pun akan dikenali. Misalnya seorang yang lapar (keadaan aktual) dia ingin menghilangkan perasaan itu (keadaan yang diinginkan) akan mengalami pengenalan kebutuhan jika ketidaksesuaian diantaranya cukup besar. Hasil pengenalan kebutuhan akan mendorong organisme berperilaku lebih jauh untuk pemecahan masalah jika kebutuhan yang dikenali cukup penting dan pemecahan kebutuhan tersebut dalam batas kemampuannya.
2.      Pencarian informasi.
Setelah kebutuhan dikenali, selanjutnya adalah pencarian internal ke memori untuk menentukan solusi yang memungkinkan. Jika pemecahannya tidak diperoleh melalui pencarian internal, maka proses pencarian difokuskan pada stimuli eksternal yang relevan dalam menyelesaikan masalah (pencarian eksternal). Pencarian informasi ditentukan oleh situasi, produk, pengecer dan karakteristik konsumen (pengetahuan, keterlibatan, kepercayaan dan sikap, serta karakteristik demografi).


3
4
3.      Evaluasi alternatif.
Setelah konsumen mengumpulkan informasi tentang jawaban alternatif terhadap suatu kebutuhan yang dikenali, maka konsumen mengevaluasi pilihan serta menyempitkan pilihan pada alternatif yang diinginkan.

4.      Pembelian.
Konsumen melakukan pembelian yang nyata berdasarkan alternatif yang telah dipilih. Pembelian meliputi keputusan konsumen mengenai apa yang dibeli, keputusan membeli atau tidak, waktu pembelian, dimana dan bagaimana cara pembayarannya.
5.      Konsumsi.
Pada tahap ini, konsumen menggunakan alternatif dalam pembelian. Biasanya tindakan pembelian diikuti oleh tindakan mengkonsumsi atau menggunakan produk.
6.      Evaluasi setelah pembelian.
Proses pengambilan keputusan tidak berhenti pada pengkonsumsian, melainkan berlanjut ke evaluasi produk yang dikonsumsi, yang mengarah pada respon puas atau tidak puas. Setelah melakukan pembelian, konsumen mengevaluasi apakah alternatif yang dipilih memenuhi kebutuhan dan harapan segera sesudah digunakan.
Loudon dan Bitta (1993) mengatakan bahwa pengambilan keputusan konsumen dapat digeneralisasikan menjadi model pemecahan masalah konsumen yang terdiri atas 4 tipe aktifitas dasar dalam proses membeli, yaitu pengenalan masalah, pencarian informasi dan evaluasi, keputusan membeli, serta perilaku setelah pembelian. Selanjutnya akan diuraikan mengenai tingkatan dalam proses pengambilan keputusan membeli.

C.     Tingkatan dalam proses pengambilan keputusan membeli
Engel dkk (1995) menjelaskan tingkatan dalam proses pengambilan keputusan lebih terperinci menjadi 3 tingkatan dalam suatu kontinum yaitu:
a. Pengambilan Keputusan Diperluas
Pada pengambilan keputusan diperluas, konsumen terbuka pada informasi dari berbagai sumber dan termotivasi untuk membuat pilihan yang tepat. Pengambilan keputusan ini meliputi proses yang melibatkan pencarian informasi internal maupun eksternal yang intensif, diikuti oleh evaluasi yang kompleks atas sejumlah besar alternatif yang tersedia. Keenam tahapan proses pengambilan keputusan di ikuti meskipun tidak berurutan dan akan banyak alternatif yang di evaluasi. Jika hasil yang diharapkan terpenuhi, maka keputusan ditunjukkan dalam bentuk rekomendasi pada orang lain dan keinginan untuk membeli kembali. Sejalan dengan Engel, Solomon (2004) mengatakan bahwa dalam pengambilan keputusan diperluas, pada tahap pencarian informasi, konsumen terbuka pada sumber informasi yang berbeda, menggunakan banyak kriteria alternatif yang di evaluasi, mengunjungi berbagai toko-toko dan sering melakukan komunikasi dengan penjual ketika melakukan pembelian.
b. Pengambilan Keputusan Antara
Pengambilan keputusan ini berada diantara kedua titik ekstrim yaitu pengambilan keputusan diperluas dan pengambilan keputusan terbatas. Tahap pencarian informasi dan evaluasi alternatif juga dilakukan oleh konsumen tetapi intensitasnya terbatas.
c. Pengambilan Keputusan Terbatas
Pengambilan keputusan terbatas meliputi pencarian informasi secara internal maupun eksternal terbatas, sedikit alternatif, aturan pengambilan keputusan sederhana atas sejumlah kecil atribut, dan evaluasi purna pembelian yang rendah. Disini konsumen menyederhanakan proses dan mengurangi jumlah dan variasi dari sumber informasi alternatif serta kriteria yang digunakan untuk evaluasi. Pilihan biasanya dibuat dengan mengikuti aturan yang sederhana seperti membeli merek yang dikenal atau membeli dengan memilih harga yang termurah ataupun untuk mencoba yang baru sehingga mengarah pada ganti-ganti merek. Pencarian yang ekstensif dan evaluasi alternative dihindari karena proses pembelian diasumsikan sebagai hal tidak penting bagi konsumen.  Solomon (2004) menambahkan bahwa dalam pengambilan      keputusan terbatas konsumen tidak menggunakan pencarian informasi secara
5
6
eksternal serta menggunakan waktu berbelanja yang terbatas dan pemilihan produk dipengaruhi oleh apa yang dipajang di toko ketika melakukan pembelian. Pengambilan keputusan dalam membeli dipengaruhi oleh beberapa faktor yang akan dijelaskan pada bagian selanjutnya.

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Terdapat 5 faktor internal yang relevan terhadap proses pembuatan keputusan pembelian :
1.      Motivasi (Motivation) merupakan suatu dorongan yang ada dalam diri manusia untuk mencapai tujuan tertentu.
2.      Persepsi (Perception) merupakan hasil pemaknaan seseorang terhadap stimulus atau kejadian yang diterimanya berdasarkan informasi dan pengalaman terhadap rangsangan tersebut.
3.      Pembentukan sikap (Attitude Formation) merupakan penilaian yang ada dalam diri seseorang yang mencerminkan sikap suka/tidak suka seseorang akan suatu hal.
4.      Integrasi (Integration) merupakan kesatuan antara sikap dan tindakan. Integrasi merupakan respon atas sikap yang diambil. Perasaan suka akan mendorong seseorang untuk membeli dan perasaan tidak suka akan membulatkan tekad seseorang untuk tidak membeli produk tersebut.
5.      Pembelajaran (Learning) merupakan proses belajar yang dilakukan seseorang setelah membeli produk tersebut dengan melihat apakah produk tersebut memiliki kegunaan dan akan dijadikan sebagai alternative dalam pembelian selanjutnya.
5.2              Memilih Alternatif Terbaik                                                                                         Setelah konsumen menerima pengaruh dalam kehidupannya maka mereka sampai padakeputusan membeli atau menolak produk. Pemasar dianggap berhasil kalau pengaruh-pengaruh yang diberikannya menghasilkan pembelian dan atau dikonsumsi oleh konsumen. Keputusan konsumen, tingkatan-tingkatan dalam pengambilan keputusan, serta pengambilan keputusan dari sudut pandang yang berbeda bukan hanya untuk menyangkut keputusan untuk membeli, melainkan untuk disimpan dan dimiliki oleh konsumen.
A.        Konsep Keputusan                                                                                                  Keputusan adalah suatu pemilihan tindakan dari dua atau lebih pilihan alternatif. Bila seseorang dihadapkan pada dua pilihan, yaitu membeli dan tidak membeli tapi memilih membeli, maka dia ada dalam posisi membuat keputusan. Semua orang mengambil keputusan setiap hari dalam hidupnya tanpa disadari. Dalam proses pengambilan keputusan, konsumen harus melakukan pemecahan masalah dalam kebutuhan yang dirasakan dan keinginannya untuk memenuhi kebutuhan dengan konsumsi produk atau jasa yang sesuai. Tiga tingkatan dalam pemecahan ini;
Pemecahan masalah yang mensyaratkan respons yang rutin. Keputusan yang diambil tidak disertai dengan usaha yang cukup untuk mencari informasi dan menentukan alternatif. Kebiasaan berjalan secara otomatis, prilaku seseorang merupakan respon terhadap rutinitas karena dilakukan berulang-ulang seringkali tanpa disadari. Pemecahan masalah dengan proses yang tidak berbelit-belit (terbatas). Pemecahan masalah ini menyebabkan seseorang tidak peduli dengan ada tidaknya informasi dengan menggunakan criteria yang kurang lebih sudah terbentuk, untuk mengevaluasi kategori produk dan mereknya. Tidak mengevaluasi setiap atribut dan fitur produk dalam memilih mana yang sesuai dengan kebutuhannya. Pemecahan masalah yang dilakukan dengan upaya yang lebih berhati-hati dan penuh pertimbangan (pemecahan masalah yang intensif). Di tingkat ini konsumen memerlukan informasi yang relative lengkap untuk membentuk criteria evaluasi dari kriteria yang baku . Prosesnya lebih rumit dan panjang mengikuti proses tradisional.                                                             7


8
Mulai dari sadar akan kebutuhan, motivasi untuk memenuhi kebutuhan, mencari informasi, mengembangkan alternative, memilih satu dari berbagai alternatif dan memutuskan untuk membeli. Terutama menyangkut produk yang gampang terlihat oang lain dan sangat mempengaruhi citra diri sosial seseorang (significant others; orang lain yang signifikan bagi kehidupan seseorang, terutama citra dirinya).
B. Aspek-aspek pemilihan keputusan :                                                                 Produk yang murah - Produk yang lebih mahal                                                              Pembelian yang sering - Pembelian yang jarang                                                                   Keterlibatan rendah - Keterlibatan tinggi                                                                     Kelas produk dan merek kurang terkenal- Kelas produk dan merek terkenal                  Pembelian dengan pertimbangan dan - Pembelian dengan pertimbangan                           pencarian yang kurang matang - dan pencarian intensif
5.3              Memilih Sumber-Sumber Pembelian
Jika bahan atau persediaan yang sedang dimintakan bukan barang yang baru, maka karyawan pembelian akan memeriksa file atau catatan mereka tentang semua pemasok berkenaan dengan permintaan seperti itu, kalau tidak, mereka perlu memeriksa halaman kuning atau internet atau beberapa kemungkinan sumber lain untuk mencari pemasok baru. Pemilihan Sumber yang Tepat Begitu penawaran harga diterima, para pemasok kemudian akan dievaluasi. Kriteria evaluasi mencakup sebagai berikut:
•  Penawaran harga
•  Spesifikasi
•  Kemampuan pengiriman
 •  Sifat bisa dipercaya dan diandalkan pemasok
•  Reputasi pemasok
•  Kemungkinan potongan partai besar
• Kemungkinan menjalin hubungan jangka panjang dengan pemasok.
Pemilihan pemasok yang layak bergantung kepada jenis barang dan pentingnya barang yang sedang diusahakan.


           















9
BAB II
PEMBAHASAN
Contoh Kasus             :                                                                                                   “Analisis factor pribadi yang mempengaruhi pembelian mobil kijang di Kelurahan Dinoyo, Kecamatan Lowokwaru Kota Malang”
Konsumen dalam pemilihan produk mobil tidak hanya melihat kualitas dan mereknya saja, mereka juga memperhatikan jenis dan harganya. Maka perlu mengetahui perilaku konsumen terhadap keputusan dalam pembelian mobil, Berdasarkan hal tersebut dirumuskan permasalahan sebagai berikut: (1) Apakah variabel siklus hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup, kepribadian berhubungan secara nyata dalam pembelian mobil Kijang di Kelurahan Dinoyo Kecamatan Lowokwaru Kota Malang ? (2) Diantara variabel-variabel diatas mana yang paling berhubungan dalam keputusan pembelian mobil Kijang ?. sedangkan penelitian dibatasi pada perilaku konsumen utamanya pada faktor pribadi yang terdiri variabel usia dan tahap siklus hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup, kepribadiaan dan konsep diri yang dapat mempengaruhi keputusan pembelian mobil kijang. Tujuan Penelitian tersebut adalah (a) Untuk mengetahui apakah faktor pribadi berhubungan dengan konsumen pada pembelian mobil merk toyota kijang. (b) Untuk mengetahui variabel apa yang paling berhubungan dalam membeli mobil toyota kijang.
Penelitian dilakukan di kelurahaan Dinoyo Kecamatan Lowokwaru Kota Malang dan tergolong dalam jenis penelitian survey, data yang digunakan adalah Data primer dan sekunder Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen yang telah membeli mobil kijang di Kelurahan Dinoyo Kecamatan Lowokwaru Kota Malang berjumlah 48 responden. Sehingga bisa dikatakan penelitian ini termasuk dalam penelitian populasi dengan teknik total sampling. Sedangkan teknik pengumpulan                                                                     10
11
data dengan cara interview dan penyebaran quisioner. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) Analisis Kualitatif berupa deskriptif dan (2) Aalisis  Kuantitatif dengan metode chi square.
Hasil perhitungan dapat ditarik kesimpulan (1) Diperoleh nilai Chi-Square pada variabel Siklus hidup, Pekerjaan, Keadaan ekonomi, Gaya hidup, dan Kepribadian mempunyai nilai Chi-Squarehitung > Chi-SquareTabel sehingga variabel siklus hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup, kepribadian berpengaruh signifikan dalam pembelian mobil toyota kijang di Kelurahan Dinoyo Kecamatan Lowokwaru Kota Malang. (2) Dengan menggunakan koefisien kontingensi diketahui bahwa variabel yang mempunyai hubungan kuat dalam pembelian mobil adalah variabel Keadaan ekonomi. Sedangkan variabel Siklus hidup, Pekerjaan, Gaya hidup dan Kepribadian dalam pembelian mobil kijang juga mempunyai hubungan yang sedang. (3) Dari kelima variabel diatas yang mempunyai nilai Cramer’s V terbesar adalah variabel Keadaan ekonomi (X3) sehingga variabel tersebut yang paling dominan dalam mempengaruhi pembelian  mobil kijang.










BAB III
PENUTUP
Brown dkk. (2001:132) mengatakan bahwa secara umum pembelian bisa didefinisikan sebagai: “managing the inputs into the organization’s transformation (production process).” Pendapat tersebut kurang lebih mempunyai arti bahwa pembelian merupakan pengelolaan masukan ke dalam proses produksi organisasi. Pengambilan keputusan sendiri merupakan sebuah proses yang terdiri dari beberapa tahap, yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif sebelum pembelian, pembelian, konsumsi, dan evaluasi alternatif sesudah pembelian (Engel,1995).  












Minggu, 30 Oktober 2011

BAB II Metode Riset


BAB II

II.1      Teori Dasar
Konsep kawasan sebagai suatu pendekatan kebijakan baru dalam pembangunan daerah telah semakin luas digunakan di berbagai negara baik negara maju maupun negara berkembang, terutama dikaitkan dengan kesiapan suatu kawasan meningkatkan daya saingnya dalam menghadapi kawasanisasi dan globalisasi. Kawasan secara signifikan mampu untuk meningkatkan kemampuan ekonomi daerah untuk membangun kekayaan masyarakat. Kawasan juga mampu bertindak sebagai pendorong inovasi, di mana keberadaan unsur-unsur dalam kawasan diperlukan untuk mengubah gagasan menjadi kekayaan. (Direktorat Pengembangan Kawasan Khusus dan Tertinggal, Bappenas, 2004).
Konsep, prinsip, dan instrumen kebijakan di dalam model pada perencanaan ekonomi kawasan adalah konsep kutub pertumbuhan, yang pada awalnya dirumuskan oleh Perroux (1955) dengan pertumbuhan yang dirangsang oleh suatu kombinasi dari inter-industrial.

II.2      Terapan teori Dalam Kejadian nyata
Kawasan unggulan merupakan kawasan yang ditetapkan sebagai penggerak perekonomian kawasan (prime mover) yang memiliki kriteria sebagai kawasan yang cepat tumbuh, mempunyai sektor unggulan dan memiliki keterkaitan dengan kawasan sekitar (hinterland) (Royat, 1996). Penetapan suatu daerah menjadi kawasan unggulan karena diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan suatu daerah. Ada tiga faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu akumulasi modal, pertumbuhan penduduk dan kemajuan teknologi (Todaro, 2000).
Aswandi dan Kuncoro (2002) mengatakan bahwa keterkaitan perekonomian kawasan unggulan dengan daerah sekitar sebagai salah satu kriteria penetapannya relevan dengan konsep spesialisasi. Adanya spesialisasi komoditi sesuai dengan sektor dan atau subsektor unggulan yang dimiliki masing-masing daerah, hal ini sejalan dengan pemikiran dari Samuelson dan Nordhaus (1996) bahwa masyarakat dapat lebih efektif dan efisien jika terdapat pembagian kerja, yang membagi keseluruhan proses produksi menjadi unit-unit khusus yang terspesialisasi.

II.3      Hipotesis :
Diduga sektor pertanian di Propinsi DKI Jakarta merupakan sektor basis yang mampu memberikan surplus pendapatan dan menyerap tenaga kerja dalam jumlah cukup besar, di duga dampak pembangunan sektor pertanian terhadap pertumbuhan wilayah cukup tinggi dan diduga terjadi perubahan struktur perekonomian.

Senin, 24 Oktober 2011

BAB I Metode Riset

Nama : Nurlia
NPM  : 15209884
Kelas  : 3EA12


PERANAN SUBSEKTOR PERTANIAN DAN
SEKTOR UNGGULAN TERHADAP PEMBANGUNAN KAWASAN
EKONOMI PROPINSI DKI Jakarta dengan cara Pendekatan Analisis IRIO

BAB I 
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Pengembangan sektor pertanian merupakan salah satu strategi kunci dalam memacu pertumbuhan ekonomi pada masa yang akan datang. Agroindustri sebagai subsistem agribisnis mempunyai potensi sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi, karena memiliki peluang pasar dan nilai tambah yang besar. Pengembangan agroindustri dapat menjadi pintu masuk proses transformasi struktur ekonomi dari pertanian ke industri. Peran pembangunan kawasan sebagai unit analisis dewasa ini semakin penting sebagai pelaku ekonomi. Ekonomi pertanian merupakan salah satu disiplin dalam ilmu ekonomi yang menerangkan dan mempelajari masalah-masalah pembangunan pertanian, dan diharapkan dapat memberikan alternatif-alternatif baru baik untuk mengatasi permasalahan ekonomi yang timbul maupun untuk mewujudkan cita-cita bangsa, guna meningkatkan kualitas hidup masyarakat petani khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya. Peran sektor pertanian di samping sebagai sumber penghasil devisa yang besar, juga merupakan sumber kehidupan bagi sebagian besar penduduk Indonesia, dan bila dilihat dari jumlah orang yang bekerja, maka sektor pertanian paling banyak menyerap tenaga kerja yang pada umumnya adalah tenaga kerja tidak terdidik, tidak memiliki ketrampilan dan pemerataan pendapatan yang tidak merata.

Fenomena :
Sektor-sektor pertanian yang ada di DKI Jakarta

Tulisan Terdahulu:
a). Nizwar Syafa’at dan Supena Friyatno (2000) dengan judul penelitian ”Analisis Dampak Krisis Ekonomi Terhadap Kesempatan Kerja Dan Identifikasi Komodita Andalan Sektor Pertanian di Wilayah Sulawesi : Pendekatan Input-Output”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa sejauh mana dampak krisis ekonomi terhadap kesempatan kerja dan mengidentifikasikan komoditas andalan sector pertanian dengan mengambil kasus di Wilayah Sulawesi. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data Input-Output Intraregional Wilayah Sulawesi tahun 1995. Metode yang digunakan adalah model Input-Output. Dari penelitian ini didapat hasil bahwa akibat dampak krisis ekonomi, kesempatan kerja di wilayah Sulawesi mengalami penurunan sebesar 14,8 persen disbanding tahun 1995. Penurun tersebut terjadi disemua sektor kecuali sektor pertambangan dan galian. Sektor pertanian sendiri mengalami penurunan sebesar 15,7 persen.
b). Ropingi dan Dany Artanto (2002) dengan judul ”Peranan Sektor Pertanian dalam Pengembangan Perekonomian Wilayah Propinsi Jawa Tengah (Pendekatan Analisis Input Output)”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keterkaitan antar sektor pertanian dengan sektor lainnya sehingga dapat mengetahui besarnya pemakaian barang dan jasa dari dari output sektor non pertanian untuk proses sector pertanian dan besarnya permintaan atas output sektor pertanian yang digunakan oleh sektor lainnya untuk proses produksi. Data yang digunakan adalah data sekunder yang meliputi data Tabel Input Output tahun 1993, data Jawa Tengah Dalam Angka dan PDRB Jawa Tengah. Dari penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa dari lapangan usaha pertanian yang merupakan sektor unggulan adalah subsektor peternakan.

Motivasi Penelitian
Sektor pertanian dan sektor unggulan yang berada di propinsi DKI Jakarta  kajiannya dengan pembangunan kawasan ekonomi dengan menggunakan IRIO yang merupakan metode pengembangan dari input - output analisis.

1.2 Masalah
(a) Bagaimana menetapkan subsector unggulan yang potensial untuk dikembanglan di daerah khusus ibu kota Jakarta
(b). Sektor-sektor apa saja yang bisa memberikan efek multiplier yg besar
(c) seberapa tingkatkah kontribusi sektor pertanian dan sektor-sektor unggulan di DKI Jakarta dalam pembangunan daerah.

1.3 Tujuan Penelitian
(1) menetapkan subsektor unggulan yang potensial untuk dikembangkan di Propinsi DKI Jakarta
(2) menganalisis sektor-sektor yang bisa memberikan efek multiplier yang besar dan
(3) mengukur tingkat kontribusi sektor pertanian dan sektor-sektor unggulan dalam pembangunan daerah dan yang bisa dilakukan oleh pemerintah daerah untuk mengembangkan daerahnya.

Kamis, 13 Oktober 2011

Tugas Pertama



Nama : Nurlia
NPM  : 15209884
Kelas  : 3EA12

BAB I
PENDAHULUAN

Segmentasi pasar adalah kegiatan membagi-bagi pasar yang bersifat heterogen dari suatu produk ke dalam satuan-satuan pasar (segmen pasar) yang bersifat homogen.Dengan kata lain, segmentasi pasar adalah kegiatan membagi pasar menjadi kelompok pembeli yang terbedakan dengan kebutuhan, karakteristik, atau tingkah laku berbeda yang mungkin membutuhkan produk atau bauran pemasaran terpisah. Perusahaan membagi pangsa pasar ke dalam segmen-segmen pasar tertentu di mana masing-masing segmen tersebut bersifat homogen. Perbedaan keinginan dan hasrat konsumen merupakan alasan yang utama untuk diadakannya segmentasi pasar. Jika terdapat bermacam-macam hasrat dan keinginan konsumen, maka perusahaan dapat mendesain suatu produk untuk mengisi suatu heterogenitas keinginan dan hasrat tersebut. Defini Segmentasi Pasar menurut beberapa ahli :                                                                                        a). Pride dan Ferrel (1995)                                                                                                                          mengatakan bahwa segmentasi pasar adalah suatu proses membagi pasar kedalam segmen-segmen pelanggan potensial dengan kesamaan karakteristik yang menunjukkan adanya kesamaan perilaku  pembeli.                                                                                                                                                   b). Swastha dan Handoko (1997)                                                                                               mengartikan segmentasi pasar sebagai kegiatan membagi–bagi pasar/market yang bersifat heterogen kedalam satuan–satuan pasar yang bersifat homogen.                                                                                 c). Saladin (2003:83)                                                                                                                           merupakan proses pengelompokkan pasar kedalam kelompok pembeli yang potensial dengan kebutuhan yang sama / karakteristik yang disukai serta memperlihatkan hubungan yang sama pula.
      
I.1   Segmentasi Pasar 
Kepuasan Konsumen 
Menurut Philip Kotler (1997:36) Kepuasan konsumen adalah perasaan  kecewa seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesannya terhadap kinerja (hasil) suatu produk dengan harapannya. Macam-macam atau Jenis kepuasan konsumen Kepuasan konsumen terbagi menjadi 2: 
1.      Kepuasan Fungsional, merupakan kepuasan yang diperoleh dari fungsi atau pemakaian suatu produk. Misal : karena makan membuat perut kita menjadi kenyang. 
2.      Kepuasan Psikologikal, merupakan kepuasan yang diperoleh dari atribut yang bersifat tidak berwujud. Misal : Perasaan bangga karena mendapat pelayanan yang sangat istimewa dari sebuah rumah makan yang mewah.

Profitabilitas
Profitabilitas adalah kemampuan perseroan untuk menghasilkan suatu keuntungan dan menyokong pertumbuhan baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Profitabilitas perseroan biasanya dilihat dari laporan laba rugi perseroan (income statement) yang menunjukkan laporan hasil kinerja perseroan.

Strategi Pemasaran
Agar segmen pasar dapat bermanfaat maka harus memenuhi beberapa karakteristik:
• Measurable : Ukuran, daya beli, dan profil segmen harus dapat diukur meskipun ada    beberapa variabel yang sulit diukur.

• Accessible : Segmen pasar harus dapat dijangkau dan dilayani secara efektif.
• Substantial : Segmen pasar harus cukup besar dan menguntungkan untuk dilayani
• Differentiable : Segmen-segmen dapat dipisahkan secara konseptual dan memberikan tanggapan yang berbeda terhadap elemen-elemen dan bauran pemasaran yang berbeda.

• Actionable : Program yang efektif dapat dibuat untuk menarik dan melayani segmen-segmen yang bersangkutan. Langkah dalam mengembangkan segmentasi yaitu:
1.   Mensegmen pasar menggunakan variabel-variabel permintaan, seperti kebutuhan konsumen, manfaat yang dicari, dan situasi pemakaian.
2. Mendeskripsikan segmen pasar yang diidentifikasikan dengan menggunakan variabel-variabel yang dapat membantu perusahaan memahami cara melayani kebutuhan konsumen tersebut dan cara berkomunikasi dengan konsumen.

I.2  Rencana Perubaha
A). Analisis Konsumemen
Analisis konsumen berguna untuk melihat bagaimana konsumen mengambil keputusan dan peran  pemasaran di dalamnya. Pengambilan Keputusan Konsumen Proses pengambilan keputusan yang dilakukan seseorang mengalami berbagai pentahapan sebagai berikut :
1. Analisis Kebutuhan. Konsumen merasa bahwa dia membutuhkan sesuatu untuk memenuhi keinginannya. Kebutuhan itu bisa dibangkitkan oleh dirinya sendiri ataupun stimulus eksternal. Stimulus bisa melalui lingkungan bergaul, sesuatu yang dilihat, ataupun dari komunikasi produk atau jasa perusahaan lewat media massa, brosur, dan lain-lain.
2. Pencarian Informasi. Setelah kebutuhan itu dirasakan, konsumen kemudian mencari produk ataupun jasa yang bisa memenuhi kebutuhannya.
3. Evaluasi Alternatif. Konsumen kemudian mengadakan evaluasi terhadap berbagai alternatif yang tersedia mulai dari keuntungan dan manfaat yang dia peroleh dibandingkan biaya yang harus ia keluarkan.
4.Keputusan Pembelian. Konsumen memutuskan untuk membeli merek tertentu dengan harga tertentu, warna tertentu.
5.Sikap Paska Pembelian. Sikap paska pembelian menyangkut sikap konsumen setelah membeli produk ataupun mengkonsumsi suatu jasa. Apakah dia akan puas dan terpenuhi kebutuhannya dengan produk atau jasa tersebut atau tidak

B). Analisis Kebijakan Sosial
Analisis Kebijakan Sosial Analisis kebijakan (policy analysis) dapat dibedakan dengan pembuatan atau pengembangan kebijakan (policy development). Analisis kebijakan tidak mencakup pembuatan proposal perumusan kebijakan yang akan datang. Analisis kebijakan lebih menekankan pada penelaahan kebijakn yang sudah ada. Sementara itu, pengembangan kebijakan lebih difokuskan pada proses pembuatan proposal perumusan kebijakan yang baru. Namun demikian, baik analisis kebijakan maupun pengembangan kebijakan keduanya memfokuskan pada konsekuensi- konsekuensi kebijakan. Analisis kebijakan mengkaji kebijakan yang telah berjalan, sedangkan pengembangan kebijakan memberikan petunjuk bagi pembuatan atau perumusan kebijakan yang baru. Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa analisis kebijakan sosial adalah usaha terencana yang berkaitan dengan pemberian penjelasan (explanation) dan preskripsi atau rekomendasi (prescription or recommendation) terhadap konsekuensi-konsekuensi kebijakan sosial yang telah diterapkan. Penelaahan terhadap kebijakan sosial tersebut didasari oleh oleh prinsip-prinsip umum yang dibuat berdasarkan pilihan-pilihan tindakan sebagai berikut:
1. Penelitian dan rasionalisasi yang dilakukan untuk menjamin keilmiahan dari analisis yang dilakukan.
2. Orientasi nilai yang dijadikan patokan atau kriteria untuk menilai kebijakan sosial tersebut berdasarkan nilai benar dan salah.
3. Pertimbangan politik yang umumnya dijadikan landasan untuk menjamin keamanan dan stabilitas.

C). Perubahan struktur Pasar
Struktur Pasar Konsumen - Persaingan Sempurna, Monopolistik, Oligopoli dan Monopoli: 
a. Pasar Persaingan Sempurna 
Jenis pasar persaingan sempurna terjadi ketika jumlah produsen sangat banyak sekali dengan memproduksi produk yang sejenis dan mirip dengan jumlah konsumen yang banyak. Contoh produknya adalah seperti beras, gandum, batubara, kentang, dan lain-lain. Sifat-sifat pasar persaingan sempurna :
-Jumlah penjual dan pembeli banyak
- Barang yang dijual sejenis, serupa dan mirip satu sama lain
- Penjual bersifat pengambil harga (price taker)
- Harga ditentukan mekanisme pasar permintaan dan penawaran (demand and supply)
- Posisi tawar konsumen kuat
- Sulit memperoleh keuntungan di atas rata-rata
- Sensitif terhadap perubahan harga
- Mudah untuk masuk dan keluar dari pasar                                                                                  b. Pasar Monopolistik                                                                                                                           Struktur pasar monopolistik terjadi manakala jumlah produsen atau penjual banyak dengan produk yang serupa/sejenis, namun di mana konsumen produk tersebut berbeda-beda antara produsen yang satu dengan yang lain. Contoh produknya adalah seperti makanan ringan (snack), nasi goreng, pulpen, buku, dan sebagainya. Sifat-sifat pasar monopolistik :
- Untuk unggul diperlukan keunggulan bersaing yang berbeda
- Mirip dengan pasar persaingan sempurna
- Brand yang menjadi ciri khas produk berbeda-beda
- Produsen atau penjual hanya memiliki sedikit kekuatan merubah harga
- Relatif mudah keluar masuk pasar.                                                                                               c. Pasar Oligopoli                                                                                                                                     Pasar oligopoli adalah suatu bentuk persaingan pasar yang didominasi oleh beberapa produsen atau penjual dalam satu wilayah area. Contoh industri yang termasuk oligopoli adalah industri semen di Indonesia, industri mobil di Amerika Serikat, dan sebagainya. Sifat-sifat pasar oligopoli :
- Harga produk yang dijual relatif sama
- Pembedaan produk yang unggul merupakan kunci sukses
- Sulit masuk ke pasar karena butuh sumber daya yang besar
- Perubahan harga akan diikuti perusahaan lain                                                                              d. Pasar Monopoli                                                                                                                             Pasar monopoli akan terjadi jika di dalam pasar konsumen hanya terdiri dari satu produsen atau penjual. Contohnya seperti microsoft windows, perusahaan listrik negara (pln), perusahaan kereta api (perumka), dan lain sebagainya. Sifat-sifat pasar monopoli :
- Hanya terdapat satu penjual atau produsen
- Harga dan jumlah kuantitas produk yang ditawarkan dikuasai oleh perusahaan monopoli
D).Tahapan Segmentasi Pasar
Terdapat tiga tahapan yang umumnya dilakukan oleh perusahaan dalam melaksanakan segmentasi pasar, yaitu:
1. Tahap survey, yaitu peneliti melakukan wawancara dan pengamatan. Wawancara dilakukan untuk mencari penjelasan, sedangkan pengamatan dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang motivasi, sikap dan perilaku konsumen. Dengan menggunakan hasil temuan ini, peneliti menyiapkan lembaran kuesioner untuk pengumpulan data tentang:
a). Atribut produk,
b). Kesadaran merek,
c). Pola-pola pemakaian produk,
d). Sikap terhadap kategori produk,
e). Demografis, geografis, psikografis.                                                                                           2. Tahap analisa, yakni peneliti mengolah data dengan analisa factor untuk membuang variabel yang berkorelasi tinggi. Kemudian peneliti menerapkan analisa kelompok untuk menghasilkan segmen yang berbeda secara maksimum.                                                                                                                       3. Tahap pembentukan, yakni tiap kelompok dibentuk berdasarkan perbedaan sikap, perilaku, demografis, psikografis. Tiap segmen diberi nama sesuai dengan sifat-sifat dominan yang membedakannya.



BAB II
PEMBAHASAN

Contoh Kasus : 
 “Analisis Segmentasi Pasar untuk produk Rokok PR Sukun di Desa gondosari Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus ( Studi Kasus pada rokok Kretek dan Filter )”

Penelitian ini merupakan studi kasus pada perusahaan rokok Sukun dengan judul Analisis Segmentasi Pasar Untuk Produk Rokok PR Sukun di Desa Gondosari Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus (Studi Kasus Pada Rokok Kretek Dan Filter). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui segmen pasar rokok kretek dan filter pada perusahaan PR Sukun di Kabupaten Kudus.

Hasil perhitugan dengan analisis Cluster mempergunakan metode Average lingkage (Between group) dalam proses penyusunan segmentasi. Penelitian rokok Sukun dalam hal ini jumlah cluster didasarkan pada banyaknya variabel yang digunakan yaitu Demografi, Perilaku, Atribut produk yang meliputi Penilaian pembeli tanggapan terhadap produk dan Pola pemakaian pada produk. Sehingga terbentuklah 4 segmen. Adapun hasil perhitungan Cluster tersebut sebagai berikut : Cluster 1 sebanyak 50 responden, Cluster 2 sebanyak 97 responden, Cluster 3 sebanyak 72 responden, Cluster 4 sebanyak 21 responden. Jadi jumlah seluruh responden sebanyak 240. Setelah diketahui jumlah masing-masing anggota Cluster untuk proses penyusunan segmentasi dengan 4 segmen pada rokok kretek dan filter, maka perlu dijelaskan karakteristik masing-masing segmen sebagai berikut:                                                                                                      a). Segmen 1 sebagian besar berusia 34-42 tahun, dengan tingkat pendidikan terakhir Diploma atau Sarjana, yang bekerja sebagai Pegawai negeri atau Pegawai swasta, dan mempuyai pendapatan antara Rp 350.000 - 450.000. Pola pemakaian rokok perhari antara 4-6 batang, dalam satu minggu menghabiskan 5-6 pak, dan lama merokok sudah lebih dari 5 tahun. Jadi segmen 1 perokok ringan, dalam membeli rokok Sukun memperhatikan harga murah, aroma sedap.
b). Segmen 2 sebagian besar berusia 43-51 tahun, dengan tingkat pendidikan terakhir SMP atau SMU, yang bekerja sebagai Pegawai Swasta, dan mempuyai pendapatan antara Rp 250.100 - 450.000. Pola pemakaian rokok perhari antara 10-12 batang, dalam satu minggu menghabiskan 7-8 pak, dan lama merokok sudah lebih dari 4-5 tahun. Jadi segmen  2  perokok berat , dalam membeli rokok Sukun memperhatikan harga murah, aroma sedap, rasa nikmat, kemasan bagus, tahan lama (penyimpanan).          c). Segmen 3 sebagian besar berusia 52-60 tahun, dengan tingkat pendidikan terakhir SD atau SMP, yang bekerja sebagai Pegawai Swasta atau Petani, dan mempuyai pendapatan antara Rp 150.100 - 350.000. Pola pemakaian rokok perhari antara 7-9 batang, dalam satu minggu menghabiskan 5 - 6 pak, dan lama merokok sudah lebih dari 4-5 tahun. Jadi segmen 3 perokok berat , dalam membeli rokok Sukun memperhatikan harga murah, aroma sedap, rasa nikmat, kemasan bagus, tahan lama.                                 d). Segmen 4 sebagian besar berusia 34-42 tahun, dengan tingkat pendidikan terakhirSMP atau SMU, yang bekerja sebagai Wiraswasta, dan mempuyai pendapatan antara Rp 150.100 - 250.000. Pola pemakaian rokok perhari antara 4-6 batang, dalam satu minggu menghabiskan 3-4 pak, dan lama merokok sudah lebih 3-4 tahun. Jadi segmen 4 sebagian besar perokok ringan, dalam membeli rokok Sukun memperhatikan harga murah, kemasan bagus.

BAB III
PENUTUP

Berdasarkan kesimpulan dapat dikemukakan implikasi yang bermanfaat bagi kemajuan perusahaan untuk membuka pasar baru yang didasarkan satu atau lebih segmen. Perusahaan Sukun sebaiknya memperhatikan segmen terbesar yaitu Segmen 2 dengan memahami ciri atau karakteristiknya dalam memasarkan produknya.



SUMBER