Nama
: Nurlia
Kelas : 3EA12
NPM
: 15209884
Tema
: Sektor Pertanian di Indonesia
Judul, Nama Pengarang dan Tahun
1. Analisis Peranan Sektor Pertanian Terhadap
Perekonomian Jawa Tengah, Dimas Gadang
T.S, 2010
2.
Analisis
Peranan Subsektor Pertanian dan Sektor Unggulan Terhadap Pembangunan Kawasan
Ekonomi Propinsi di Indonesia,, Nizwar Syafa’at , 2000
3.
Peranan Sektor Pertanian dalam struktur
perekonomian di Propinsi daerah Istimewa Yogyakarta, B Tresno Sumbod, 2003 Nizwar Syafa’at dan Supena Friyatno
Latar
Belakang Masalah
Fenomena
1. Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang
berarti Negara yang mengandalkan sektor pertanian baik sebagai sumber mata
pencaharian maupun sebagai penopang pembangunan. Sektor pertanian meliputi subsektor
tanaman bahan makanan, subsektor holtikultura, subsector perikanan, subsektor
peternakan, dan subsektor kehutanan. Pertanian merupakan salah satu sektor yang
sangat dominan dalam pendapatan masyarakat di Indonesia karena mayoritas
penduduk Indonesia bekerja sebagai petani. Namun produktivitas pertanian masih
jauh dari harapan. Salah satu faktor penyebab kurangnya produktivitas pertanian
adalah sumber daya manusia yang masih rendah dalam mengolah lahan pertanian dan
hasilnya. Mayoritas petani di Indonesia masih menggunakan system manual dalam
pengolahan lahan pertanian.
2. Ekonomi
pertanian merupakan salah satu disiplin dalam ilmu ekonomi yang menerangkan dan
mempelajari masalah-masalah pembangunan pertanian, dan diharapkan dapat
memberikan alternatif-alternatif baru baik untuk mengatasi permasalahan ekonomi
yang timbul maupun untuk mewujudkan cita-cita bangsa, guna meningkatkan
kualitas hidup masyarakat petani khususnya dan masyarakat Indonesia pada
umumnya. Peran sektor pertanian di samping sebagai sumber penghasil devisa yang
besar, juga merupakan sumber kehidupan bagi sebagian besar penduduk Indonesia,
dan bila dilihat dari jumlah orang yang bekerja, maka sector pertanian paling
banyak menyerap tenaga kerja yang pada umumnya adalah tenaga kerja tidak
terdidik, tida memiliki ketrampilan dan pemerataan pendapatan yang tidak
merata. Atas kondisi ini sehingga bargaining powe yang dimiliki oleh
para petani kita sangat lemah, sehingga nilai jual dari produk juga sangat
berpengaruh terhada kondisi ini Agroindustri sebagai subsistem pertanian mempunyai
potensi sebagai pendorong pertumbuhan kawasan ekonomi, karena memiliki peluang
pasar yang lebih luas dan nilai tambah (value added) yang besar.
Disamping itu pengembangan agroindustri dapat menjadi “pintu masuk” (entry
point) proses transformasi struktur ekonomi dari pertanian ke industri.
Kegiatan pertanian menghasilkan produk-produk yang sangat strategis bagi
pemenuhan kebutuhan pokok rakyat seperti pangan, pakaian dan perumahan.
Pemenuhan kebutuhan seperti pangan apabila mengandalkan dari negara lain atau
impor tentu akan sangat riskan, karena dapat menimbulkan masalah yang rumit dan
biaya mahal dikemudian hari (Habibie, Nono dan Wardani,1995).
3. Sektor pertanian merupakan sektor yang strategis dan
berperan penting dalam perekonomian nasional dan kelangsungan hidup masyarakat,
terutama dalam sumbangannya terhadap PDB, penyedia lapangan kerja dan
penyediaan pangan dalam negeri. Kesadaran terhadap peran tersebut menyebabkan
sebagian besar masyarakat masih tetap memelihara kegiatan pertanian mereka meskipun
negara telah menjadi negara industri. Sehubungan dengan itu, pengendalian lahan
pertanian merupakan salah satu kebijakan nasional yang strategis untuk tetap
memelihara industri pertanian primer dalam kapasitas penyediaan pangan, dalam
kaitannya untuk mencegah kerugian social ekonomi dalam jangka panjang mengingat
sifat multi fungsi lahan pertanian.
Riset
Terdahulu
1.
Hidayah B. Hartanto (2007) dengan judul
“Peran Sektor Pertanian dalam Perekonomian Provinsi Jawa Tengah”. Penelitian
ini bertujuan untuk menganalisis keterkaitan sektor pertanian dengan sektor
lain dalam perekonomian Provinsi Jawa Tengah, menganalisis multiplier output
terhadap sektor pertanian dan sektor-sektor lain dalam perekonomian Provinsi
Jawa Tengah, menganalisis efek peningkatan permintaan output sektor pertanian
untuk meningkatkan pendapatan tenaga kerja di Provinsi Jawa Tengah,
menganalisis ketergantungan ekspor sektor pertanian dalam perekonomian Provinsi
Jawa Tengah dan menganalisis multiplier ekspor sector pertanian dalam
perekonomian Provinsi Jawa Tengah__ Penelitian
ini menggunakan analisis keterkaitan ke belakang dan keterkaitan ke depan, multiplier
output, multiplier tenaga kerja dan multiplier ekspor. Dari
penelitian ini diperoleh hasil bahwa sub sektor ternak dan unggas memiliki
keterkaitan kebelakang yang kuat, sub sektor sektor padi dan jagung memberikan
pengaruh yang tinggi terhadap secto lainnya yaitu dalam permintaan. Sub sektor
kopi memberikan angka multiplier output terbesar, sementara
ketergantungan ekspor dari sektor pertanian adalah hasil pertanian lainnya,sedngkan
nilai pengganda ekspor dari sektor pertanian adalah sub sector tebu.
2. Euphrasia Susy Suhendra (2004) dengan
judul ”Peranan Sektor Pertanian Dalam Pertumbuhan Ekonomi DI Indonesia Dengan
Pendekatan Input-Output”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peranan
sektor pertanian dan subsector pertanian unggulan, menganalisis tingkat
kebutuhan investasi di sektor pertanian yang dapat memacu pertumbuhan ekonomi
nasional. Alat analisis yang digunakan adalah metode Input-Output. Dari
penelitian ini didapat hasil bahwa Kondisi keseimbangan ini diharapkan dapat
membantu pemulihan ekonomi akibat goncangan krisis ekonomi yang terjadi pada
tahun 1997-1998, karena sektor pertanian masih diharapkan lebih kuat akan goncangan
krisis ekonomi, karena sektor pertanian lebih banyak memanfaatkan sumberdaya
domestik dibandingkan dengan sektor industry manufaktur yang banyak
menggantungkan bahan baku dari luar negeri (impor) Kontribusi industri dalam
nilai tambah di Indonesia masih lebih tinggi dibandingkan dengan kegiatan
produksinya. Di sektor pertanian pangsa nilai tambah industrinya mencapai
sebesar 23.02 %, sedangkan nilai tambah produksinya sebesar 18.04%. Kondisi ini
menunjukkan bahwa kegiatan produksi masih dapat ditingkatkan untuk lebih
memberikan nilai tambah yang lebih baik.
3.
Ropingi dan Dany Artanto (2002) dengan
judul ”Peranan Sektor Pertanian dalam Pengembangan Perekonomian Wilayah
Propinsi Jawa Tengah (Pendekatan ) Analisis Input Output)”. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis keterkaitan antar sektor pertanian dengan sektor
lainnya sehingga dapat mengetahui besarnya pemakaian barang dan jasa dari dari
output sektor non pertanian untuk proses sector pertanian dan besarnya
permintaan atas output sektor pertanian yang digunakan oleh sektor lainnya
untuk proses produksi. Data yang digunakan adalah data sekunder yang meliputi
data Tabel Input Output tahun 1993, data Jawa Tengah Dalam Angka dan PDRB Jawa
Tengah. Dari penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa dari lapangan usaha
pertanian yang merupakan sektor unggulan adalah subsektor peternakan.
Motivasi Peneleitian
1. Sector
pertanian belum dimanfaatkan secara maksimal.
2. Kajian
dilakukan untuk membuktikan apakah peranan sector tersebut dalam perekonomian
wilayah Sulawesi Tengah cenderung membaik atau memburuk.
3. Kajian
dilakukan untuk melihat bagaimana kecendrungan transformasi struktur
perekonomian dibeberapa kabupaten berbasis sector pertanian, kemungkinan sector
unggulan dikembangkan serta dampak pengembangan sector unggulan bereffek
pengganda terhadap sector lain.
Masalah
1. Sebagai
negara agraris, Indonesia pada khususnya Propinsi Jawa Tengah perlu untuk lebih
menitikberatkan kebijakan pembangunan nasionalnya pada sektor pertanian.
Pembangunan sektor pertanian dapat menciptakan landasan yang kuat dalam
pembangunan di Propinsi Jawa Tengah. Hal ini dikarenakan kontribusi sektor
pertanian Propinsi Jawa Tengah terhadap Pendapatan Domestik Bruto Indonesia
sebesar 20,03 persen atau yang terbesar dibandingkan propinsi lainnya di Pulau
Jawa
namun
apabila dilihat dari sumbangannya terhadapa PDRB masih kalah dengan sektor yang
lain. Sektor pertanian memegang peranan penting dalam upaya pemenuhan kebutuhan
pokok. Namun dari tahun ke tahun sumbangan Produk Domestik Bruto, Pertumbuhan
Sektor Ekonomi, Struktur Ekonomi dan luas lahan pertanian semakin menurun.
Sehingga rumusan masalah dalam penelitian ini bahwa sumbangan sektor pertanian
terhadap pertumbuhan ekonomi di Propinsi Jawa Tengah cenderung rendah apabila dibandingkan
dengan beberapa sektor lain.
2.
Krisis
ekonomi yang melanda Indonesia akhir-akhir ini tentunya akan mengurangi aliran dana
investasi khususnya ke sektor pertanian, padahal dana investasi tersebut sangat
dibutuhkan untuk memacu pertumbuhan sektor pertanian dalam rangka meningkatkan
pendapatan dan menyediakan
lapangan kerja.
3.
Dalam
beberapa hal alih fungsi lahan pertanian ke penggunaan lainnya bersifat dilematis.
Pertambahan penduduk dan pertumbuhan kegiatan ekonomi yang pesat di beberapa
wilayah memerlukan jumlah lahan non pertanian yang mencukupi. Namun demikian,
pertambahan jumlah penduduk juga memerlukan supply bahan pangan yang lebih besar, yang
berarti lahan pertanian juga lebih luas, sementara total luas lahan yang ada
berjumlah tetap. Sebagai akibatnya telah terjadi persaingan yang ketat dalam pemanfaatan
lahan yang berakibat pada meningkatnya nilai lahan (land
rent) maka penggunaan lahan untuk pertanian
akan selalu dikalahkan oleh peruntukan lain seperti industri dan perumahan
(Nasoetion dan Winoto, 1996). Meskipun nilai intrinsik dari lahan pertanian,
terutama sawah, jauh lebih tinggi dari nilai pasarnya (Pakpahan et. al. 2005,
Sumaryanto dan Sudaryanto, 2005) namun nilai-nilai tersebut belum tercipta ‘pasarannya’ sehingga pemilik lahan/petani belum memperoleh
nilai finansialnya.
Tujuan
1. - Menganalisis
multiplier output pada sektor pertanian dan sektor-sektor lain pada
perekonomian Jawa Tengah.
- Menganalisis
multiplier pendapatan sektor pertanian pada perekonomian
Jawa Tengah.
Jawa Tengah.
2.
-
Mengidentifikasi masalah yang dihadapi
dalam pengendalian alih fungsi lahan pertanian khususnya
lahan sawah di beberapa daerah terpilih;
- Menganalisis
efektivitas kebijakan pengendalian alih fungsi lahan
sawah yang telah dilakukan; dan
-
Merumuskan rekomendasi penyusunan strategi
pengendalian yang efektif.
3. - Mengkaji peranan sector pertanian dalam
struktur perekonomian Propinsi DIY dulu, sekarang dan yang akan datang.
- Mengkaji dampak pembangunan sector
pertanian berdasarkan indicator pendapatan
regional dan penyerapan angkatan kerja
terhadap pembangunan daerah keselurhan
- Mengkaji beberapa Faktor yang mempengaruhi perubahan structural perekonomian dari dominasi sector pertanian ke sector non pertanian DIY.
- Mengkaji beberapa Faktor yang mempengaruhi perubahan structural perekonomian dari dominasi sector pertanian ke sector non pertanian DIY.
Metodologi Penelitian
1)
Data,
Sampel, dan Populasi
1.1
Jenis data yang digunakan adalah data
sekunder, yaitu data yang dikumpulkan oleh
lembaga pengumpul data dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data (Kuncoro, Mudrajad; 2001). Adapun data
yang diperlukan dalam penelitian ini adalah PDRB Jawa Tengah, Jawa Tengah Dalam
Angka dan Tabel Input-Output Jawa Tengah 2008. Tabel Input-Output Jawa Tengah
2008 terdiri dari 88 sektor, namun karena dalam penelitian ini hanya
menganalisis sektor pertanian maka sektor-sektor lain (sektor 29-88) diagregasi
berdasarkan kategori sektor, sehingga dalam penelitian ini Tabel Input – Output
Jawa Tengah 88 sektor diubah menjadi 37 sektor.
1.2
Penggalian
data dan kajian pendahuluan ini, ditujukan untuk melakukan inventarisasi dan
identifikasi faktor-faktor yang kondusif bagi upaya pengendalian alih fungsi
lahan pertanian, mendorong petani mempertahankan lahannya dan pengelolaan
dampak dari proses alih fungsi lahan. Kemudian dilakukan pula pendalaman (studi
kasus) pada wilayah terpilih dengan tujuan mengkaji kemungkinan penerapan
kebijakan yang dirumuskan secara bersama dengan para pemangku kepentingan pada
berbagai level. Wilayah terpilih yang direncanakan menjadi lokasi adalah
Sulawesi karena Propinsi tersebut sudah memiliki inisiatif daerah untuk
pengamanan lahan sawahnya. Hasil kajian ini akan dikonfrontir dengan konsep dan
pemikiran pengambil kebijakan di tingkat lokal, serta diperkaya dari hasil
investigasi terhadap keinginan petani dan kelembagaan sosial lokal yang ada.
Selanjutnya, dilakukan pula diskusi untuk menghasilkan berbagai kesepakatan dan
kesepahaman tentang upaya yang akan dilaksanakan dalam pengendalian alih fungsi
lahan pertanian. Pada akhir kegiatan, hasil kajian ini akan disosialisasikan
pada berbagai pihak terkait, terutama perumus kebijakan di pusat maupun daerah
dan
lokalitas.
1.3 Data yang digunakan untuk analisis
penelitian ini meliputi : PDRB, Penyerapan tenaga kerja, dan beberapa aspek lain
tentang perkembangan secara keseluruhan sector pertanian di Bantul, Sleman, dan
Kulonprogo.
Hasil
dan Analisis
1. Sector pertanian masih diharapkan
lebih kuat akan goncangan krisis ekonomi, karena sector pertanian lebih banyak
memanfaatkan sumberdaya domestic dibandingkan dengan sector industry manufaktur
yang banyak menggantungkan bahan baku dri luar negeri ( impor )
2. Akibat dampak krisis ekonomi, kesempatan
kerja di wilayah Sulawesi mengalami penurunan sebesar 14,8 persen dibanding
tahun 1995. Penurun tersebut terjadi disemua sektor kecuali sector pertambangan
dan galian. Sektor pertanian sendiri mengalami penurunan sebesar 15,7 persen.
3. Sector pertanian mempunyai peranan
penting dalam perkembangan perekonomian di Propinsi DIY. Sector ini memiliki
kontribusi terbesar kedua setelah sector jasa dalam pembentukan PDRB. Kontribusi
cukup besar utamanya berasal dari produksi tanaman bahan makanan yang mencapai
10,87 persen terhadap PDRB tahun 2002.
Data
1. Pengumpulan
data dalam penelitian ilmiah ini dimaksudkan untuk memperoleh bahan pengumpulan
data yang dilakukan dengan menggunakan metode dokumentasi atau metode studi kepustakaan.
Dalam penelitian ini data diperoleh dari Biro Pusat Propinsi Jawa Tengah, dan
perpustakaan Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.
2. Karena kajian ini merupakan perpaduan
antara penelitian dan analisis kebijakan dan dalam pelaksanaannya lebih banyak
dilakukan secara partisipatif maka data yang dibutuhkan merupakan perpaduan
data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara intensif
melalui Focus Group Disscussion (FGD) dan wawancara personal pada
informan kunci. Sementara itu data sekunder lebih difokuskan pada berbagai
informasi tentang kebijakan yang pernah ada dan implementasinya, serta data 15 dukung
lainnya yang terkait dengan laju, proses serta dampak dari alih fungsi itu sendiri.
Analisis data akan dilakukan dengan memadukan berbagai alat analisis, terutama
yang terkait dengan decision process. Berbagai data empiris akan dianalisis
secara deskriptif dan statistik inferensial untuk menjawab berbagai tujuan yang
telah dirumuskan. Secara teoritis, instrumen kebijakan yang dapat digunakan
dalam upaya pengendalian alih fungsi lahan sawah ke peruntukan lain serta upaya
untuk mendorong petani mempertahankan lahannya dan pengelolaan dampak dari
proses alih fungsi lahan, dapat berupa instrumen hukum (yuridis), penciptaan
insentif (ekonomi), maupun zonasi (RTRW). Strategi pengendalian alih fungsi
lahan sawah ke peruntukan lain serta upaya untuk mendorong petani
mempertahankan lahannya dan pengelolaan dampak dari proses alih fungsi lahan,
adalah bagaimana memadukan ketiga instrumen tersebut dalam suatu mekanisme yang
sifatnya terpadu. Sudah barang tentu implementasinya harus disesuaikan dengan
situasi dan kondisi wilayah yang bersangkutan. Secara implisit hal itu
mengandung makna bahwa dinamika sosial ekonomi wilayah dan keberagamannya harus
dipertimbangkan dengan seksama. Sebagaimana dinyatakan di atas, kajian ini
merupakan suatu kajian partisipatif dimana operasionalisasinya dilakukan dalam
bentuk dialog antar stakeholder. Dalam kajian ini terdapat 11 Propinsi
yang dipilih sebagai lokasi pengkajian. Kesebelas Propinsi tersebut adalah:
Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Daerah Istimewa Yogyakarta, Sumatera Barat dan
Sumatera Selatan, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Selatan,
Bali, Nusa Tenggara Barat, dan
Kalimantan Barat.
3. Data yang digunakan untuk analisis
penelitian ini meliputi : PDRB, Penyerapan tenaga kerja, dan beberapa aspek
lain tentang perkembangan secara keseluruhan sector pertanian di Bantul,
Sleman, dan Kulonprogo.
Matematis
1.
Pada Tabel I – O, koefisien Input atau
koefisien tekhnologi merupakan
perbandingan antara jumlah output sektor i yang digunakan dalam sektor j
(Xij) dengan input total sektor j (Xj). Koefisien ini dapat diterjemahkan
sebagai jumlah input dari sektor i yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu unit
output sektor j. Secara sistematik dapat dituliskan (Mauludin, Dudi) :
Aij = Xij
Xj
Dimana
: Aij adalah koefisien
Dengan
demikian dapat disusun matriks sebagai berikut :
a11
X1
+a12
X2+
... ... ... ... + a1n Xn
+
F1
=
X1
a21
X1
+a22
X2+
... ... ... ... + a1n Xn
+
F2
=
X2
: : : : :
an1
X1
+an2
X2+
... ... ... ... + ann Xn
+
Fn
=
Xn
Jika terdapat perubahan
pada permintaan akhir, maka akan ada perubahan pola pendapatan nasional. Jika
ditulis dalam bentuk persamaan, maka dapat dituliskan sebagai berikut :
AX + F = X atau F= X –
AX X = (I - A)-1 F
Dimana
:
I = Matriks Identitas
berukuran n x n yang elemennya memuat
angka satu pada
diagonalnya dan nol pada selainnya
F = permintaan Akhir
X = Output
(I - A) = Matriks
Leontief
(I - A)-1
=
Matriks Kebalikan Leontief
Dalam analisis I-O,
matriks kebalikan Leontief memiliki peranan yang sangat penting sebagai alat
analisis yang mencerminkan efek langsung dan tidak langsung dari perubahan
permintaan akhir terhadap output sektor-sektor dalam perekonomian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar