Minggu, 09 Oktober 2011

Tugas Kedua metode Riset


Nama   : Nurlia
Kelas   : 3EA12
NPM    : 15209884
Tema : Sektor Pertanian di Indonesia
Judul, Nama Pengarang dan Tahun
1.      Analisis Peranan Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Jawa Tengah,  Dimas Gadang T.S, 2010
2.      Analisis Peranan Subsektor Pertanian dan Sektor Unggulan Terhadap Pembangunan Kawasan Ekonomi Propinsi di Indonesia,, Nizwar Syafa’at , 2000
3.      Peranan Sektor Pertanian dalam struktur perekonomian di Propinsi daerah Istimewa Yogyakarta, B Tresno Sumbod,  2003 Nizwar Syafa’at dan Supena Friyatno

Latar Belakang Masalah
Fenomena
1.  Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang berarti Negara yang mengandalkan sektor pertanian baik sebagai sumber mata pencaharian maupun sebagai penopang pembangunan. Sektor pertanian meliputi subsektor tanaman bahan makanan, subsektor holtikultura, subsector perikanan, subsektor peternakan, dan subsektor kehutanan. Pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat dominan dalam pendapatan masyarakat di Indonesia karena mayoritas penduduk Indonesia bekerja sebagai petani. Namun produktivitas pertanian masih jauh dari harapan. Salah satu faktor penyebab kurangnya produktivitas pertanian adalah sumber daya manusia yang masih rendah dalam mengolah lahan pertanian dan hasilnya. Mayoritas petani di Indonesia masih menggunakan system manual dalam pengolahan lahan pertanian.
    2. Ekonomi pertanian merupakan salah satu disiplin dalam ilmu ekonomi yang menerangkan dan mempelajari masalah-masalah pembangunan pertanian, dan diharapkan dapat memberikan alternatif-alternatif baru baik untuk mengatasi permasalahan ekonomi yang timbul maupun untuk mewujudkan cita-cita bangsa, guna meningkatkan kualitas hidup masyarakat petani khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya. Peran sektor pertanian di samping sebagai sumber penghasil devisa yang besar, juga merupakan sumber kehidupan bagi sebagian besar penduduk Indonesia, dan bila dilihat dari jumlah orang yang bekerja, maka sector pertanian paling banyak menyerap tenaga kerja yang pada umumnya adalah tenaga kerja tidak terdidik, tida memiliki ketrampilan dan pemerataan pendapatan yang tidak merata. Atas kondisi ini sehingga bargaining powe yang dimiliki oleh para petani kita sangat lemah, sehingga nilai jual dari produk juga sangat berpengaruh terhada kondisi ini Agroindustri sebagai subsistem pertanian mempunyai potensi sebagai pendorong pertumbuhan kawasan ekonomi, karena memiliki peluang pasar yang lebih luas dan nilai tambah (value added) yang besar. Disamping itu pengembangan agroindustri dapat menjadi “pintu masuk” (entry point) proses transformasi struktur ekonomi dari pertanian ke industri. Kegiatan pertanian menghasilkan produk-produk yang sangat strategis bagi pemenuhan kebutuhan pokok rakyat seperti pangan, pakaian dan perumahan. Pemenuhan kebutuhan seperti pangan apabila mengandalkan dari negara lain atau impor tentu akan sangat riskan, karena dapat menimbulkan masalah yang rumit dan biaya mahal dikemudian hari (Habibie, Nono dan Wardani,1995).
3.  Sektor pertanian merupakan sektor yang strategis dan berperan penting dalam perekonomian nasional dan kelangsungan hidup masyarakat, terutama dalam sumbangannya terhadap PDB, penyedia lapangan kerja dan penyediaan pangan dalam negeri. Kesadaran terhadap peran tersebut menyebabkan sebagian besar masyarakat masih tetap memelihara kegiatan pertanian mereka meskipun negara telah menjadi negara industri. Sehubungan dengan itu, pengendalian lahan pertanian merupakan salah satu kebijakan nasional yang strategis untuk tetap memelihara industri pertanian primer dalam kapasitas penyediaan pangan, dalam kaitannya untuk mencegah kerugian social ekonomi dalam jangka panjang mengingat sifat multi fungsi lahan pertanian.

Riset Terdahulu
1.      Hidayah B. Hartanto (2007) dengan judul “Peran Sektor Pertanian dalam Perekonomian Provinsi Jawa Tengah”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keterkaitan sektor pertanian dengan sektor lain dalam perekonomian Provinsi Jawa Tengah, menganalisis multiplier output terhadap sektor pertanian dan sektor-sektor lain dalam perekonomian Provinsi Jawa Tengah, menganalisis efek peningkatan permintaan output sektor pertanian untuk meningkatkan pendapatan tenaga kerja di Provinsi Jawa Tengah, menganalisis ketergantungan ekspor sektor pertanian dalam perekonomian Provinsi Jawa Tengah dan menganalisis multiplier ekspor sector pertanian dalam perekonomian Provinsi Jawa Tengah__ Penelitian ini menggunakan analisis keterkaitan ke belakang dan keterkaitan ke depan, multiplier output, multiplier tenaga kerja dan multiplier ekspor. Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa sub sektor ternak dan unggas memiliki keterkaitan kebelakang yang kuat, sub sektor sektor padi dan jagung memberikan pengaruh yang tinggi terhadap secto lainnya yaitu dalam permintaan. Sub sektor kopi memberikan angka multiplier output terbesar, sementara ketergantungan ekspor dari sektor pertanian adalah hasil pertanian lainnya,sedngkan nilai pengganda ekspor dari sektor pertanian adalah sub sector tebu.
2. Euphrasia Susy Suhendra (2004) dengan judul ”Peranan Sektor Pertanian Dalam Pertumbuhan Ekonomi DI Indonesia Dengan Pendekatan Input-Output”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peranan sektor pertanian dan subsector pertanian unggulan, menganalisis tingkat kebutuhan investasi di sektor pertanian yang dapat memacu pertumbuhan ekonomi nasional. Alat analisis yang digunakan adalah metode Input-Output. Dari penelitian ini didapat hasil bahwa Kondisi keseimbangan ini diharapkan dapat membantu pemulihan ekonomi akibat goncangan krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997-1998, karena sektor pertanian masih diharapkan lebih kuat akan goncangan krisis ekonomi, karena sektor pertanian lebih banyak memanfaatkan sumberdaya domestik dibandingkan dengan sektor industry manufaktur yang banyak menggantungkan bahan baku dari luar negeri (impor) Kontribusi industri dalam nilai tambah di Indonesia masih lebih tinggi dibandingkan dengan kegiatan produksinya. Di sektor pertanian pangsa nilai tambah industrinya mencapai sebesar 23.02 %, sedangkan nilai tambah produksinya sebesar 18.04%. Kondisi ini menunjukkan bahwa kegiatan produksi masih dapat ditingkatkan untuk lebih memberikan nilai tambah yang lebih baik.
3.      Ropingi dan Dany Artanto (2002) dengan judul ”Peranan Sektor Pertanian dalam Pengembangan Perekonomian Wilayah Propinsi Jawa Tengah (Pendekatan ) Analisis Input Output)”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keterkaitan antar sektor pertanian dengan sektor lainnya sehingga dapat mengetahui besarnya pemakaian barang dan jasa dari dari output sektor non pertanian untuk proses sector pertanian dan besarnya permintaan atas output sektor pertanian yang digunakan oleh sektor lainnya untuk proses produksi. Data yang digunakan adalah data sekunder yang meliputi data Tabel Input Output tahun 1993, data Jawa Tengah Dalam Angka dan PDRB Jawa Tengah. Dari penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa dari lapangan usaha pertanian yang merupakan sektor unggulan adalah subsektor peternakan.

Motivasi Peneleitian
1.      Sector pertanian belum dimanfaatkan secara maksimal.
2.      Kajian dilakukan untuk membuktikan apakah peranan sector tersebut dalam perekonomian wilayah Sulawesi Tengah cenderung membaik atau memburuk.
3.    Kajian dilakukan untuk melihat bagaimana kecendrungan transformasi struktur perekonomian dibeberapa kabupaten berbasis sector pertanian, kemungkinan sector unggulan dikembangkan serta dampak pengembangan sector unggulan bereffek pengganda terhadap sector lain.


      Masalah
1.      Sebagai negara agraris, Indonesia pada khususnya Propinsi Jawa Tengah perlu untuk lebih menitikberatkan kebijakan pembangunan nasionalnya pada sektor pertanian. Pembangunan sektor pertanian dapat menciptakan landasan yang kuat dalam pembangunan di Propinsi Jawa Tengah. Hal ini dikarenakan kontribusi sektor pertanian Propinsi Jawa Tengah terhadap Pendapatan Domestik Bruto Indonesia sebesar 20,03 persen atau yang terbesar dibandingkan propinsi lainnya di Pulau Jawa
namun apabila dilihat dari sumbangannya terhadapa PDRB masih kalah dengan sektor yang lain. Sektor pertanian memegang peranan penting dalam upaya pemenuhan kebutuhan pokok. Namun dari tahun ke tahun sumbangan Produk Domestik Bruto, Pertumbuhan Sektor Ekonomi, Struktur Ekonomi dan luas lahan pertanian semakin menurun. Sehingga rumusan masalah dalam penelitian ini bahwa sumbangan sektor pertanian terhadap pertumbuhan ekonomi di Propinsi Jawa Tengah cenderung rendah apabila dibandingkan dengan beberapa sektor lain.
2.      Krisis ekonomi yang melanda Indonesia akhir-akhir ini tentunya akan mengurangi aliran dana investasi khususnya ke sektor pertanian, padahal dana investasi tersebut sangat dibutuhkan untuk memacu pertumbuhan sektor pertanian dalam rangka meningkatkan pendapatan dan menyediakan lapangan kerja.
3.      Dalam beberapa hal alih fungsi lahan pertanian ke penggunaan lainnya bersifat dilematis. Pertambahan penduduk dan pertumbuhan kegiatan ekonomi yang pesat di beberapa wilayah memerlukan jumlah lahan non pertanian yang mencukupi. Namun demikian, pertambahan jumlah penduduk juga memerlukan supply bahan pangan yang lebih besar, yang berarti lahan pertanian juga lebih luas, sementara total luas lahan yang ada berjumlah tetap. Sebagai akibatnya telah terjadi persaingan yang ketat dalam pemanfaatan lahan yang berakibat pada meningkatnya nilai lahan (land rent) maka penggunaan lahan untuk pertanian akan selalu dikalahkan oleh peruntukan lain seperti industri dan perumahan (Nasoetion dan Winoto, 1996). Meskipun nilai intrinsik dari lahan pertanian, terutama sawah, jauh lebih tinggi dari nilai pasarnya (Pakpahan et. al. 2005, Sumaryanto dan Sudaryanto, 2005) namun nilai-nilai tersebut belum tercipta ‘pasarannya’ sehingga pemilik lahan/petani belum memperoleh nilai finansialnya.

     Tujuan
1.      -    Menganalisis multiplier output pada sektor pertanian dan sektor-sektor lain pada
         perekonomian Jawa Tengah.
      -  Menganalisis multiplier pendapatan sektor pertanian pada perekonomian 
         Jawa Tengah.
2.      Mengidentifikasi masalah yang dihadapi dalam pengendalian alih fungsi lahan  pertanian      khususnya lahan sawah di beberapa daerah terpilih;
- Menganalisis efektivitas kebijakan pengendalian alih fungsi lahan sawah yang telah dilakukan; dan
-     Merumuskan rekomendasi penyusunan strategi pengendalian yang efektif.
3.  - Mengkaji peranan sector pertanian dalam struktur perekonomian Propinsi DIY dulu, sekarang dan yang akan datang.
   -  Mengkaji dampak pembangunan sector pertanian berdasarkan indicator pendapatan regional dan penyerapan angkatan  kerja terhadap pembangunan daerah keselurhan
     - Mengkaji beberapa Faktor yang mempengaruhi perubahan structural perekonomian dari dominasi sector pertanian ke sector non pertanian DIY. 


 Metodologi Penelitian

1)      Data, Sampel, dan Populasi
1.1  Jenis data yang digunakan adalah data sekunder, yaitu data yang dikumpulkan  oleh lembaga pengumpul data dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna  data (Kuncoro, Mudrajad; 2001). Adapun data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah PDRB Jawa Tengah, Jawa Tengah Dalam Angka dan Tabel Input-Output Jawa Tengah 2008. Tabel Input-Output Jawa Tengah 2008 terdiri dari 88 sektor, namun karena dalam penelitian ini hanya menganalisis sektor pertanian maka sektor-sektor lain (sektor 29-88) diagregasi berdasarkan kategori sektor, sehingga dalam penelitian ini Tabel Input – Output Jawa Tengah 88 sektor diubah menjadi 37 sektor.
1.2     Penggalian data dan kajian pendahuluan ini, ditujukan untuk melakukan inventarisasi dan identifikasi faktor-faktor yang kondusif bagi upaya pengendalian alih fungsi lahan pertanian, mendorong petani mempertahankan lahannya dan pengelolaan dampak dari proses alih fungsi lahan. Kemudian dilakukan pula pendalaman (studi kasus) pada wilayah terpilih dengan tujuan mengkaji kemungkinan penerapan kebijakan yang dirumuskan secara bersama dengan para pemangku kepentingan pada berbagai level. Wilayah terpilih yang direncanakan menjadi lokasi adalah Sulawesi karena Propinsi tersebut sudah memiliki inisiatif daerah untuk pengamanan lahan sawahnya. Hasil kajian ini akan dikonfrontir dengan konsep dan pemikiran pengambil kebijakan di tingkat lokal, serta diperkaya dari hasil investigasi terhadap keinginan petani dan kelembagaan sosial lokal yang ada. Selanjutnya, dilakukan pula diskusi untuk menghasilkan berbagai kesepakatan dan kesepahaman tentang upaya yang akan dilaksanakan dalam pengendalian alih fungsi lahan pertanian. Pada akhir kegiatan, hasil kajian ini akan disosialisasikan pada berbagai pihak terkait, terutama perumus kebijakan di pusat maupun daerah dan lokalitas.
1.3     Data yang digunakan untuk analisis penelitian ini meliputi : PDRB, Penyerapan    tenaga kerja, dan beberapa aspek lain tentang perkembangan secara keseluruhan sector pertanian di Bantul, Sleman, dan Kulonprogo.

Hasil dan Analisis
1.    Sector pertanian masih diharapkan lebih kuat akan goncangan krisis ekonomi, karena sector pertanian lebih banyak memanfaatkan sumberdaya domestic dibandingkan dengan sector industry manufaktur yang banyak menggantungkan bahan baku dri luar negeri ( impor )
2.    Akibat dampak krisis ekonomi, kesempatan kerja di wilayah Sulawesi mengalami penurunan sebesar 14,8 persen dibanding tahun 1995. Penurun tersebut terjadi disemua sektor kecuali sector pertambangan dan galian. Sektor pertanian sendiri mengalami penurunan sebesar 15,7 persen.
3.    Sector pertanian mempunyai peranan penting dalam perkembangan perekonomian di Propinsi DIY. Sector ini memiliki kontribusi terbesar kedua setelah sector jasa dalam pembentukan PDRB. Kontribusi cukup besar utamanya berasal dari produksi tanaman bahan makanan yang mencapai 10,87 persen terhadap PDRB tahun 2002. 
Data
1.   Pengumpulan data dalam penelitian ilmiah ini dimaksudkan untuk memperoleh bahan pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan metode dokumentasi atau metode studi kepustakaan. Dalam penelitian ini data diperoleh dari Biro Pusat Propinsi Jawa Tengah, dan perpustakaan Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.
2.      Karena kajian ini merupakan perpaduan antara penelitian dan analisis kebijakan dan dalam pelaksanaannya lebih banyak dilakukan secara partisipatif maka data yang dibutuhkan merupakan perpaduan data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara intensif melalui Focus Group Disscussion (FGD) dan wawancara personal pada informan kunci. Sementara itu data sekunder lebih difokuskan pada berbagai informasi tentang kebijakan yang pernah ada dan implementasinya, serta data 15 dukung lainnya yang terkait dengan laju, proses serta dampak dari alih fungsi itu sendiri. Analisis data akan dilakukan dengan memadukan berbagai alat analisis, terutama yang terkait dengan decision process. Berbagai data empiris akan dianalisis secara deskriptif dan statistik inferensial untuk menjawab berbagai tujuan yang telah dirumuskan. Secara teoritis, instrumen kebijakan yang dapat digunakan dalam upaya pengendalian alih fungsi lahan sawah ke peruntukan lain serta upaya untuk mendorong petani mempertahankan lahannya dan pengelolaan dampak dari proses alih fungsi lahan, dapat berupa instrumen hukum (yuridis), penciptaan insentif (ekonomi), maupun zonasi (RTRW). Strategi pengendalian alih fungsi lahan sawah ke peruntukan lain serta upaya untuk mendorong petani mempertahankan lahannya dan pengelolaan dampak dari proses alih fungsi lahan, adalah bagaimana memadukan ketiga instrumen tersebut dalam suatu mekanisme yang sifatnya terpadu. Sudah barang tentu implementasinya harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi wilayah yang bersangkutan. Secara implisit hal itu mengandung makna bahwa dinamika sosial ekonomi wilayah dan keberagamannya harus dipertimbangkan dengan seksama. Sebagaimana dinyatakan di atas, kajian ini merupakan suatu kajian partisipatif dimana operasionalisasinya dilakukan dalam bentuk dialog antar stakeholder. Dalam kajian ini terdapat 11 Propinsi yang dipilih sebagai lokasi pengkajian. Kesebelas Propinsi tersebut adalah: Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Daerah Istimewa Yogyakarta, Sumatera Barat dan Sumatera Selatan, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Selatan, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Kalimantan Barat.
3.      Data yang digunakan untuk analisis penelitian ini meliputi : PDRB, Penyerapan tenaga kerja, dan beberapa aspek lain tentang perkembangan secara keseluruhan sector pertanian di Bantul, Sleman, dan Kulonprogo.

Matematis
1.      Pada Tabel I – O, koefisien Input atau koefisien tekhnologi merupakan  perbandingan antara jumlah output sektor i yang digunakan dalam sektor j (Xij) dengan input total sektor j (Xj). Koefisien ini dapat diterjemahkan sebagai jumlah input dari sektor i yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu unit output sektor j. Secara sistematik dapat dituliskan (Mauludin, Dudi) :
 Aij = Xij
                     Xj
Dimana : Aij adalah koefisien
Dengan demikian dapat disusun matriks sebagai berikut :
a11 X1 +a12 X2+ ... ... ... ... + a1n Xn + F1 = X1
a21 X1 +a22 X2+ ... ... ... ... + a1n Xn + F2 = X2
: : : : :
an1 X1 +an2 X2+ ... ... ... ... + ann Xn + Fn = Xn
Jika terdapat perubahan pada permintaan akhir, maka akan ada perubahan pola pendapatan nasional. Jika ditulis dalam bentuk persamaan, maka dapat dituliskan sebagai berikut :
AX + F = X atau F= X – AX X = (I - A)-1 F
Dimana :
I = Matriks Identitas berukuran n x n yang elemennya memuat
angka satu pada diagonalnya dan nol pada selainnya
F = permintaan Akhir
X = Output
(I - A) = Matriks Leontief
(I - A)-1 = Matriks Kebalikan Leontief
Dalam analisis I-O, matriks kebalikan Leontief memiliki peranan yang sangat penting sebagai alat analisis yang mencerminkan efek langsung dan tidak langsung dari perubahan permintaan akhir terhadap output sektor-sektor dalam perekonomian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar